23.7.10

..Doa Untuk Adik-Adikku, Anak Indonesia..

Cieeehh.. judulnya nendang banget kali ini yah? hehehehe.. :p
Baru inget kalo hari ini tanggal 23 Juli, adalah Hari Anak Nasional. Maklumlah, secara udah dipecat dari golongan anak anak, jadi nggak inget lagi tentang HAN ini..

Dunia anak-anak adalah dunia yang (seharusnya) menyenangkan. Dunia anak-anak adalah dunia belajar dan bermain, mengetahui hal-hal dasar yang nantinya akan menjadi pondasi dalam perjalanan menjadi dewasa.
Maka, menjadi anak anak tidaklah mudah. Apalagi menjadi anak anak indonesia, dimana perlindungan terhadap anak masihlah sangat minim kalo tidak bisa dibilang rendah. Walopun sudah ada yang namanya Komisi Perlindungan Anak, tetap saja usahanya nggak bisa maksimal dan masih terlihat megap megap dalam mengatasi permasalahan yang menimpa Anak Anak Indonesia.

Dari deskripsi di atas, kesannya banyak banget ya masalah anak di Indonesia?? Oh ya.. itu sudah jelas terlihat.
Lihat, ada berapa banyak anak-anak jalanan yang berkeliaran di jalanan? mereka menjadi pengemis, pengamen, ato sekedar menjadi anak pemancing belas kasian dengan dibiarkan menangis dalam gendongan.
Lihat, berapa kali kita melihat di berita tentang kekerasan terhadap anak?
Kemudian eksploitasi anak??
Belum lagi tentang pernikahan dibawah umur..??
Duuhh.. baru nyebutin 4 aja, udah miris hati ini.. :(

Adik-adikku, Anak Indonesia..
Jadilah anak anak yang berani, karena di negeri ini sudah terlalu banyak penakut..
Jadilah anak yang tegas, karena negeri ini sudah terlalu plin-plan..
Jadilah anak anak tegar dan mandiri, agar negeri ini tetap tegak berdiri..
Adik-adikku, Anak Indonesia..
Jangan lupa untuk selalu berdoa, agar negeri ini terhindar dari bala..
Dan maafkan negeri ini, karena tidak mampu merawat kalian dengan sempurna..
Nikmatilah masa kanak-kanak kalian, agar nanti ketika kalian dewasa, kalian tidak bersikap ke-kanak-kanak-an.
Adik-adikku, Anak Indonesia..
Kau mungkin belum banyak mengerti tentang negeri ini, tapi semoga ketika kau besar nanti, negeri ini sudah jauh lebih baik untuk kalian..
Doakan kami, kakak-kakak-mu ini, agar kami mampu menyediakan negeri yang lebih baik untuk kalian.. Amin..

Selamat Hari Anak Nasional.....

..Masih DuduL..

Sudah beberapa hari ini aku merasa dudul banget. Tau kan "dudul"?. Aku tak tau apa definisi tepat dari "dudul". Tapi terjemahan bebasnya kurang lebih adalah kemampuan berpikir yang lemah, lambat. Tapi levelnya masih diatas Bodoh (asal banget deh gue.. hehehehe..) :p

Kembali ke "Dudul"ku tadi, awalnya kupikir ke-dudul-an ku ini hanya karena efek flu yang yang sudah hampir seminggu menjadi deritaku ini. Flu ini emang parah banget, sehingga rasanya otakku mengkeret karenanya.. :(
Tapi setelah kuingat da ku-introspeksi lagi, ternyata k3-dudul-an ini telah kualamin jauh sejak sebelum flu itu menyerangku.

Sejak kapan pastinya?. Aku juga sudah gak ingat lagi.
Mungkin sejak aku telah melupakan tulis menulis. Mungkin juga sejak aku tak pernah langi ngisi TTS. Ato sejak aku jarang baca buku?? Mungkin saja...

Dan sejak kapan itu semua mulai?? Jawabnya, sejak aku bekerja..!!
Eeeehh.. bukannya aku menyalahkan pekerjaanku lhoh!. Aku menyalahkan diriku yang begitu payahnya dalam hal membagi waktu.

Gawatnya, aku baru sadar sekarang bahwa level ke-dudul-an ku ini sudah sampai pada level PARAH. Perlahan tapi pasti, virus dudul ini menyebar cepat kedalam sistem otakku dan merusak syaraf syaraf yang dahulu bisa merespon setiap kata, dan situasi dengan spontan.
Sekarang ini saja, untuk menyusun 1 kalimat pembuka yang pantas dan menarik dalam postingan ini saja, bisa membuatku bingung sampai terjongkok-jongkok.. :(

Tapi walau sudah dalam level parah, kuharap ke-dudul-an ku ini belum terlambat dan masih bisa diatasi.
How??
Dengan menulis lagi, dengan ngisi TTS lagi, diskusi tentang apapun dan yang pasti, dengan baca buku lagi..
Semoga virus dudul ini segera enyah dari diriku.
Ya Tuhan..selamatkan aku dari ke-dudul-an ini.. Amin..

22.7.10

..DuduL..

I've a cold..
And I hate when I've a cold.. :(
Kalo lagi flu, rasanya jadi dudul banget. Nggak bisa konsen akan apapun. Bahkan untuk menuangkan apa yang dirasakan tentang flu ini pun kedalam narasi, nggak bisa..
I can't think of anything... :(
Dikantor yang ada cuma bisa bengong bak sapi nunggu disembelih..
Tatapan nanar.. kosong.. idung kembang kempis seraya mencari celah agar secercah..eh, sekelumit.. seberkas(apa ya kalimat yang tepat??) udara mampu masuk mengisi relung paru paru ini...

Yang saya bisa tulis untuk menggambarkan penderitaan flu, ya cuma ini..

Aku benci pilek
Bikin hidung mampet
Pikiran jadi cupet
Otak mengekeret
mikir pun jadi ruwet

2.6.10

..Tes Jiwa (part deux)..



Dan inilah hasil tes kejiwaan saya...
Not so bad untuk seorang yang hati, pikiran dan jiwanya habis babak belur... :D

1.6.10

..Tes (Kesehatan) Jiwa..


Tanggal 29 Mei 2010 kemaren saya mendapat kesempatan untuk mengikuti Tes (kesehatan) Jiwa MMPI. Selesai mengikuti tes ini, saya malah jadi mempertanyakan kesehatan jiwa saya. Bagaimana tidak? pertanyaan..eh, pernyataan yang diajukan benar benar membingungkan...

Jadi begini aturannya, ada 567 (atau 576, ya?) pernyataan yang harus disetujui ato tidak disetujui.
Salah satu pernyataan yang harus saya setujui/tidak setujui itu berbunyi begini: "Bila aku minum minuman beralkohol, aku menjadi marah marah dan memecahkan piring-piring atau perabotan rumah tangga".

Nah, saya harus bersikap bagaimana??

Kalo saya menyetujui pernyataan itu, berarti memang benar bahwa bila saya minum alkohol, saya menjadi marah marah dan memecahkan piring dan perabotan rumah tangga.
Tapi bila saya tidak menyetujui pernyataan itu, maka itu berarti, bila saya minum minuman beralkohol, saya tidak menjadi marah dan tidak memecahkan piring dan perabotan rumah tangga.
Tapi intinya sama kan?? Pernyataan itu berarti saya suka minum minuman beralkohol...
Lhaaaah?!!!

28.5.10

..Selamat Malam Gischi..

Sewaktu membongkar bongkar cd berisi file file lama jaman kuliah dulu, tak sengaja saya menemukan ini... cerpen yang saya buat (kalo melihat tahun dan tanggalnya) saat saya masih di semester 10. Saat itu mestinya saya sedang pusing pusingnya memikirkan Tugas Akhir. Entah setan apa yang ada di pikiran saya saat itu, bukannya malah membahas mikrohidro, yang menjadi bahan TA saya, eeeh.. malah sempet sempetnya nulis cerita..

Tapi saya senang masih menyimpan cerpen ini. Karena sebenarnya ada cerita tersendiri yang menjadikan cerita ini 'ada'....


August,21 2005
Tengah malam

Selamat malam Gischi.
Entah kenapa tiba-tiba malam ini aku teringat kepadamu. Mungkin karena tadi aku baru saja nonton fear factor yang salah satu pesertanya bernama Gischi. Seperti namamu. Tapi sayang ia kalah Gis. Jatuh ketika bergelantungan di helikopter. Lewatlah 50 ribu dollar itu.
Apa kabar Gischi. Apa kabar Inggris? Di email terakhirmu kau tidak menceritakan tentang suasana di sana seperti emailmu yang lalu-lalu. Padahal cerita tentang Inggrislah yang selalu kunanti dalam setiap emailmu. Cerita tentang sebuah negeri yang mungkin tidak akan pernah kukunjungi. Cerita tentang sungai Thames-nya. Cerita tentang sebuah negeri dengan raja, ratu serta pangeran tampan dan puteri cantik, bagaikan di dongeng saja.
Bukan cerita tentang dorm-mu atau teman-temanmu yang kau sebut sok karena sering meremehkan semua yang bukan berasal dari barat. Hari gini, jaman globalisasi begini, masih ada juga yang mempermasalahkan perbedaan suku bangsa?! Halooo…kemana aja mas-mas bule?!! Kalo menurutku sih biarkan saja mereka Gis. Anjing menggonggong kafilah berlalu.

Agustus 2004. (tanggalnya aku lupa Gis)

“Gischi”
Sesosok laki-laki jangkung berwajah kebarat-baratan tiba-tiba berdiri di depanku, mengulurkan tangannya padaku. Bayangan tubuhnya jatuh di buku yang sedang kubaca. Dan itulah kamu Gischi. Awal perkenalan kita.
“Gischi” katamu sekali lagi, masih mengulurkan tangan.
Aku ragu menyambut uluran tanganmu. Nggak salah nih? Ada bule tau-tau nongol di depanku ngajak salaman? Kafir. Begitu pikirku waktu itu
“Sorry. I think you got the wrong person” Kataku, tak menyambut uluran tanganmu, kemudian tenggelam lagi dengan bukuku.
“I don’t think so” katamu, kemudian malah duduk di sebelahku.
Jujur saja Gis, waktu itu aku takut sekali. Pikiran tentang penipuan dengan ilmu gendam dan hipnotis yang sedang marak diberitakan, berkelebatan dalam pikiranku. Biasanya pelakunya sok ramah, seperti kamu saat itu.. ditambah lagi, pada dasarnya aku memang phobia pada orang yang masih asing. Jangankan bule sepertimu, dengan orang Indonesia saja, bangsaku sendiri, aku sering tak percaya, apalagi bule, orang barat yang telah menjajah Indonesia selama 350 tahun. Ah, kenapa aku jadi dendam begini?
“I see that you read pramoedya” Nah lo. Sekarang kamu malah mengomentari tentang pramoedya. Aduh, waktu itu aku panik sekali Gis. Bahasa inggrisku pas-pasan.
“Yes. Is there something wrong with it?”
“Oh no. you see, I’m a fan too”
“Really?” aku nggak tahu mau komentar apa.
“Yes. Absolutely. I’ve read 6 books of his. Those tetra logy of buru series, ‘larasati’ and ‘the girl from the coast’. You know which book I like most? It was ‘the girl from the coast’. It was ashamed that they burned the 2nd and 3rd series. I was dying to read those. Do you know…..”
aku bengong. Sumpah Gis, waktu itu aku sama sekali nggak tau kamu ngomong apa.
“Uumm..excuse me..” maaf Gis, aku harus memotong ucapanmu “Sorry. But I’m not very good at English. I’ve no idea about those words you’ve just said”
“Oh. Well…jadi saya harus bicara dalam bahasa Indonesia?”
Dodol!! Ternyata kamu bisa bahasa Indonesia.
“Maaf..maaf. saya nggak bermaksud ngerjain kamu” katamu buru-buru saat melihat raut wajahku yang berubah tak ramah.
“Kenapa nggak bilang kalo bisa bahasa Indonesia?”
“Kamu nggak tanya. Kan malah kamu duluan yang ngomong pake bahasa inggris” kamu membela diri.
“Kamu mau apa sih?” aku sudah mulai bisa mengendalikan diri.
“Nggak mau ngapa-ngapain. Aku cuma tertarik dengan buku yang kamu pegang. Tadinya aku mau pinjem ‘arus balik’, tapi ternyata satu-satunya ‘arus balik’ yang tersisa sedang kamu baca. Jadi…” menyebalkan sekali melihat cengiranmu waktu itu Gis.
“Wah nggak bisa” kataku ketus “aku baru baca sepertiganya, jadi masih banyak lagi. Mungkin lusa baru bisa kukembalikan”
“Lusa? Waduh lama sekali” kau terlihat begitu kecewa.
Aku jadi kasihan padamu Gis. Sepertinya kau begitu menginginkan buku ini.
“sebenarnya besok pun mungkin sudah selesai kubaca. Tapi buku ini tak bisa kukembalikan besok. Besok aku harus jaga toko” jelasku.
“kalau begitu biar kuambil kerumahmu” katamu penuh semangat.
Aku ragu-ragu.
“Oh please. Aku orang baik kok. Aku nggak akan ngapa-ngapain. Aku butuh sekali buku itu”
aku luluh. Kuberikan alamatku. Gajahmada, 12A.
“Gajahmada? Daerah mana tuh?”
aku melotot.
“Oke…oke. Nggak usah dijelasin. Aku pasti bisa menemukan rumahmu” katamu buru-buru, melihat pelototanku. “Can I have your phone number?”
dan kuberikan pula nomor telpon rumahku.

Dan begitulah cara kita berkenalan Gischi. Pramoedya lah yang mengenalkan kita. Lucu. Dan kau tau yang lebih lucu lagi Gis? Sampai kita berpisah dari rumah buku itu, kau belum tahu namaku. Entah, mungkin kau lupa menanyakan namaku karena begitu menginginkan arus balik. Dan aku pun tidak merasa ingin untuk mengenalkan namaku.

Dan hari berikutnya, aku masih ingat betul ketika itu hari jumat jam 11.54, kau muncul di depan rumahku dengan peluh yang membasahi bajumu.
“Kamu jalan kaki?” sambutku di depan pintu.
Kamu melotot Gis. “Kok nggak bilang kalo kamu punya kafe?!”
“Lho, emang ada pengaruhnya?”
“Ya ada!. Aku tadi naik taksi. Aku turun di ujung jalan. Kupikir nomer 12A nggak begitu jauh. Kamu nggak pernah bilang kalau Gajahmada ada 4 blok! Setidaknya kalau kamu bilang punya kafe, dan bukan sekedar toko, aku lebih gampang waktu nanya sama orang” Kamu terlihat sebal sekali. “Dan kamu nggak pernah menyebutkan namamu”
“Kamu nggak pernah tanya”
Lagi-lagi kamu melotot Gis.
“Jadi ngambil bukunya? Tuh ada di dalam”
“Aku mau jumatan dulu. Mesjid terdekat dimana?”
“Kamu muslim?” aku tidak pernah menyangka bahwa kamu muslim Gis.
“Yes, of course.”
“Tapi namamu…”
“Kenapa namaku?! Come on, mesjidnya dimana? Sudah hampir telat nih”
Dan kutunjukkan mesjid An-Nur yang di dekat kantor kecamatan itu.

Dan begitulah akhirnya aku tahu siapa kamu sebenarnya Gischi Voldarno. Ibu Melayu-Itali, ayah Jawa. Keraton solo.
Tak ada artinya, begitu jawabmu ketika kutanyakan apa arti gischi. Aneh bukan Gis? Nama biasanya merupakan doa dari orangtua untuk anaknya. Nama merupakan perwujudan dari harapan orangtua agar anaknya kelak bisa menjadi seperti nama yang disandangnya.
“Tak ada yang aneh dengan namaku Kay” katamu waktu itu. (kau panggil aku kay, karena kau kira itulah namaku, dari nama kafeku, Kafe Kayla) Sepulang kamu dari masjid, ku undang kamu untuk menikmati minuman di kafe kecilku. “Dan nama tidak ada hubungannya dengan agama dan kepercayaan Kay” kau menyindirku Gis. “Dulu kakekku ngotot memberikan nama Muhammad untukku. Tapi ayah menolaknya. Ayahku khawatir sebuah nama akan menjadi boomerang bagi pemiliknya. ayahku tidak mau membebani anak-anaknya dengan nama yang terlalu berlebihan. Beliau lebih memilih nama yang biasa saja. bahkan kalau bisa yang tidak ada artinya. Kelak, biar pemilik nama itu yang memberikan arti dan bentuk pada nama yang disandangnya. Dan bukan sebaliknya.” nampaknya ayahmu adalah orang yang bijaksana Gis.
“Kalaupun namaku ini ada artinya Kay, orang tuaku tak perduli pada artinya”
“Kau tahu Kay, Muhammad ali gufron, pelaku bom bali? Walaupun dia melakukan sesuatu yang dianggapnya benar menurut agamanya, tapi apakah menurutmu Nabi Muhammad akan bangga padanya?”
Aku terdiam. Kemudian aku teringat beberapa hari sebelumnya, aku membaca di surat kabar, ada Muhammad membunuh Muhammad. Dan aku juga mendengar orang-orang, bahkan bapakku, mengutuki perbuatannya. Si Muhammad pembunuh itu. Tidak mencerminkan nama, kata mereka. Orang akan lebih maklum kalo si pembunuh adalah joko, atau Erwin, atau dodi. Tapi tidak muhammad. Padahal apalah bedanya. Muhammad yang ini kan manusia biasa juga. Orang tidak menjadi pembunuh karena namanya. Aku mengerti maksudmu Gis.
“Kemudian Raden Mas Tirto Adhisoerjo, ia malah lebih suka memakai nama ‘minke’ yang notabene plesetan dari ‘monkey’ daripada memakai namanya sendiri. Yaah..walaupun itu bisa jadi cuma cerita fiksi, tapi coba deh ngerti, dia memilih membentuk makna pada nama minke dan menolak dibentuk oleh ‘Raden Mas’nya”
Wow, selama ini aku hanya memandang ‘Bumi Manusia’ dan ‘Anak Semua Bangsa’ –baru 2 judul itu yang kubaca dari tertralogi Buru, Gis- sebagai novel sejarah . Kalaupun ada yang bisa dipelajari, ya tentang sejarah perjalanan berdirinya bangsa Indonesia ini. Tapi aku tak pernah berpikir sampai sejauh itu.
Tiba-tiba kau memandangku Gis. Ah, tidak, kau memandang jilbabku.
“Kau tahu Kay? Pelacur di Aceh juga memakai jilbab”
Aku tercekat. Diam. Tapi aku merasakan jantungku berdebar keras. Aku tak tau apakah itu karena marah atau takut dengan sindiranmu.
Tapi kemudian kau tersenyum “Maaf Kay, aku tidak bermaksud menghinamu. Aku yakin kau InsyaAllah adalah muslimah yang baik. Tapi kita tak bisa menilai orang dari hanya sekedar nama dan penampilannya. Orang yang bernama hebat dan seorang yang berjilbab pun, mereka adalah manusia, mereka melakukan kesalahan dan itu sangat manusiawi”. Dan tiba-tiba aku ingat, bahwa pagi tadi aku tidak sholat subuh. Kesiangan, karena menyelesaikan arus balik. Aku malu pada jilbabku.
“Seseorang dengan nama yang aneh tidak serta merta menjadi orang yang aneh. Dan orang yang berpenampilan hebat tidak langsung menjadi orang hebat. Biasakan untuk melihat segala hal dari dua sisi Kay”.
“Oke Gis. Aku minta maaf dan aku ngerti maksudmu. Tapi bisa nggak kita ganti topik pembicaraan?”
Kau mengangguk Gis, tersenyum seraya meraih milkshake coklatmu.

“Lalu Voldarno? Tidak ada artinya juga?”
“Voldarno nama keluarga ibuku” kamu tersenyum melihat keheranan di wajahku. Umumnya anak mengikuti nama keluarga ayah, bukan ibu.
“Seperti yang kamu bilang Kay, ayahku memang bijaksana. Menurut beliau adalah hak seorang ibu untuk memberikan nama pada anaknya. Ibu yang telah mengandung dan melahirkan, jadi menurut ayahku ibulah yang lebih berhak memberikan tanda pengenal untuk anaknya. Dan ayahku tidak terobsesi untuk menurunkan namanya padaku. Bagi beliau anak bukan milik pribadi melainkan adalah milik masa depan” kata-katamu waktu itu mengingatkan aku pada iklan layanan masyarakat Gis. “Dan tau nggak Kay, ukuran sperma pun jauh lebih kecil daripada sel telur, jadi…” kau tak melanjutkan kalimatmu kemudian tertawa.
“Biar kecil, sperma tetap tidak bisa diremehkan dalam pembentukan sebuah kehidupan Gis” kataku serius. Kok kita jadi membicarakan sperma sih Gis?
Kamu tertawa keras sekali Gis “Ya tentu aja dong Kay. Ukuran sperma dan sel telur itu cuma joke. Bercanda. Jangan terlalu serius begitu. Intinya, ayahku sangat menghargai istrinya. Menghargai perempuan”
Aku tertawa pelan. Malu. Sense of humorku memang buruk Gis.

Itulah kamu Gis. Lucu. Dan kupikir kamu juga memiliki kebijaksanaan seperti ayahmu. Dan satu hal lagi yang membuatku kagum padamu. Rasa berbaktimu pada orang tua.
Buku Pramoedya itu – kau menceritakan ini sebelum kau pulang dari rumahku- ternyata telah kau beli dari rumah buku itu. Buku itu termasuk cetakan pertama. Buku langka, yang akan kau persembahkan untuk kakekmu yang pengagum Pramoedya. Tinggal buku itulah yang belum dimiliki beliau. Dan ketika itu kakekmu sedang sakit, salah satu keinginannya yang terakhir adalah memiliki koleksi lengkap buku-buku Pramoedya. Dan kau telah mewujudkannya Gis. Seminggu setelahnya, kau mengabarkan padaku bahwa kakekmu telah meninggal. Meninggal dengan tenang dalam tidurnya disamping arus balik yang belum selesai beliau baca. Aku bisa membayangkan kebahagiaan kakekmu Gis. Bukan saja karena telah mendapat hal yang ia idam-idamkan, tapi juga karena memiliki cucu seperti engkau.

Kini kau telah kembali ke Inggris Gis. Torquay. Kembali ke pelukan ibumu yang hangat dan ayahmu yang bijaksana. Kembali ke negeri yang kau benci. Ironis ya Gis, aku ingin sekali kesana, sementara kau ingin meninggalkannya.
Tidak banyak yang ku ketahui tentang dirimu Gis. Hanya 2 kali kita bertemu. Tapi sungguh, aku begitu terkesan padamu.
Tapi ada satu hal yang ingin kukatakan kepadamu Gis. Namaku bukan Kayla. Namaku Annelies. Ya, seperti nama kekasih Minke. Entahlah, apa yang diharapkan orangtuaku padaku dari nama ini. Apakah nama ini juga memiliki arti? Tapi semoga aku bisa memberi arti yang berbeda pada nama ini. Bukan Annelies yang harus kehilangan cintanya. Bukan Annelies yang rapuh. Entah aku akan menjadi Annelies yang seperti apa.

Selamat malam Gischi.


************************************

Sumber-sumber:
-Dunia Melayu yang tersirat dalam Tetralogi ‘Bumi Manusia’
-Pramoedya Ananta Toer – Wikipedia, the free encyclopedia
-‘Bumi Manusia’ - Pramoedya Ananta Toer.

..Mimpi..

Pernah mimpi kan?
Pasti sering lah. Justru kalo nggak pernah mimpi, patut dipertanyakan kesehatan jiwa anda.
Karena Mimpi menurut om Wiki adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep)

Masih menurut om Wiki, Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Pengecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut lucid dreaming. Dalam mimpi demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan terkadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut.

Hhhmmm... asik kali ya kalo bisa mengalami Lucid Dreaming. Berasa jadi sutradara dalam mimpi sendiri. Mempunyai kuasa sepenuhnya dalam mengatur tokoh tokoh dalam mimpi.
Lucid Dreaming, kalo menurut saya paling asik kalo pas mimpiin seorang yang lagi disebelin banget. Bisa ngatur itu orang mo diapaain sesuka saya, yang tidak bisa saya lakukan padanya di sunia nyata.. :p

Btw, tadi saya mo cerita apa ya, sampe berbasa basi tentang lucid dreaming segala??
Oh yaaa... baru aja saya mimpi membantai satu kerajaan kecoak dan semut dengan baygon. Dan dengan tidak menyesal, saya mengakui bahwa saya menikmati sekali pembantaian ituh...
Apa artinya ya?? sadiskah saya??

*ditulis segera setelah bangun tidur, dengan senyum tersungging penuh kepuasan*